Beranda / Cerita Pasien

Pendarahan Berkepanjangan pada Wanita Indonesia Didiagnosis Kanker

None

Date:2025-01-15Author:NoneFrom:#

fuda15_782206.png 

Agustian (nama samaran), warga Indonesia, didiagnosis menderita kanker endometrium pada Mei 2024 setelah mengalami pendarahan vagina terus-menerus disertai nyeri perut dan kembung. Awalnya, Agustian mengira pendarahan tersebut merupakan tanda mendekati masa menopause karena usianya, sehingga ia tidak menjalani pemeriksaan menyeluruh dan hanya mengonsumsi obat minum. Namun, karena pendarahannya semakin parah dan sesekali ia pingsan, ia akhirnya setuju untuk menjalani histeroskopi, yang memastikan diagnosis kanker tersebut.

Saat itu, ketebalan endometrium Agustian sekitar 2,7 cm. Dokter setempat menyarankan operasi pengangkatan segera, tetapi ia menolak. Ia teringat ayahnya, yang telah menjalani terapi intervensi dan operasi kanker usus besar di Rumah Sakit Kanker Guangzhou Fuda 13 tahun lalu. Kini, di usianya yang ke-81 tahun, kesehatannya masih prima, bersepeda keliling kota. Setelah mengetahui diagnosisnya sendiri, Agustian segera menghubungi staf medis di Rumah Sakit Kanker Fuda dan berobat ke Departemen Onkologi.

 Image_20250115133930.png

Agustian’s Father

Tiga belas tahun kemudian, Agustian kembali ke Fuda, di mana ia melihat rumah sakit tersebut telah menjadi lebih terspesialisasi, dengan unit khusus untuk berbagai jenis kanker dan pendekatan pengobatan yang lebih canggih. Dari keberhasilan pengobatan ayahnya dan mendengar banyaknya pasien kanker Indonesia lainnya yang dirawat di sana—beberapa di antaranya telah sembuh—ia berharap dirinya juga dapat disembuhkan.

Mengingat tumornya masih dalam stadium awal hingga pertengahan, pilihan pengobatan utamanya adalah operasi pengangkatan. Setelah masuk rumah sakit dan meninjau hasil medis sebelumnya, ia didiagnosis menderita kanker endometrium stadium 2. Setelah diskusi multidisiplin, Agustian menjalani histerektomi total abdomen, adnektomi bilateral, dan diseksi kelenjar getah bening panggul. Hasil klinis dan imunohistokimia pascaoperasi menunjukkan bahwa kankernya bersifat endometrioid, dengan tumor yang menyebar dari serviks hingga korpus uterus, berukuran sekitar 9x6x5 cm, dan telah menginvasi lapisan otot dalam hingga kedalaman sekitar 1,3 cm.

 Image_20250115133933.png

Pre-surgery (left) vs. Post-surgery (right)

Untuk mengurangi risiko kekambuhan dan metastasis, Agustian menerima beberapa kali terapi radiasi adjuvan. Meskipun awalnya direncanakan sebanyak 25 sesi, setelah 15 sesi, ia mengalami radang usus akibat radiasi. Mengingat kondisinya secara keseluruhan, dokter yang menanganinya, Dr. Zhuo Qi, menyarankan untuk menghentikan radioterapi dan lebih fokus pada pemeriksaan rutin. Saat ini, selain beberapa efek samping dari radioterapi, Agustian dalam kondisi pemulihan yang baik.

Health Knowledge: Endometrial Cancer

 Image_20250115133938.png

Kanker endometrium (KD) adalah sekelompok tumor ganas epitel yang terjadi di endometrium, dengan adenokarsinoma yang berasal dari kelenjar endometrium menjadi yang paling umum. Kanker endometrium cenderung "sangat terlihat", yang berarti sering kali dapat dideteksi sejak dini dan diobati dengan segera. Secara umum, tingkat kematiannya lebih rendah daripada kanker serviks atau ovarium.


Secara klinis, kanker endometrium umumnya diklasifikasikan menjadi:

- Tipe POLE ultramutated (POLEmut)

- Tipe mismatch repair deficient (dMMR)

- Tipe p53 mutated (p53abn)

- Tipe non-specific molecular profile (NSMP)

 

Di antara semuanya, tipe POLE ultramutasi memiliki prognosis terbaik, sedangkan tipe p53 bermutasi memiliki prognosis terburuk. Tumor Agustian diklasifikasikan sebagai POLE. Pembedahan merupakan pengobatan utama untuk kanker endometrium, dan penilaian patologis pasca-pembedahan memandu keputusan tentang terapi tambahan berdasarkan risiko kekambuhan dan metastasis.

Faktor risiko tinggi untuk kanker endometrium meliputi obesitas, diabetes, hipertensi, dan penyakit kronis umum lainnya. Usia juga merupakan faktor penting, dengan insiden tertinggi terjadi antara usia 50 dan 59 tahun, dan risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Selain itu, sekitar 10% kasus terkait dengan faktor genetik, seperti sindrom Lynch. Wanita dengan riwayat keluarga kanker gastrointestinal atau saluran kemih harus waspada terhadap risiko genetik dan mempertimbangkan pemeriksaan genetik.

Dr. Zhuo Qi menganjurkan agar wanita di bawah usia 50 tahun dengan riwayat keluarga kanker endometrium atau kanker usus besar menjalani tes dan konseling genetik. Populasi berisiko tinggi, seperti mereka yang menderita sindrom Lynch atau kanker kolorektal non-poliposis herediter (HNPCC), harus menjalani pemeriksaan sebelum usia 40 tahun. Menopause merupakan periode berisiko tinggi untuk kanker endometrium, dan jika gejala seperti perdarahan vagina tidak teratur atau keluarnya cairan berdarah muncul, konsultasi dini dengan dokter sangat dianjurkan.

 

 

 

 


  • Irreversible Electroporati..
  • Argon- Helium Cryoablasi..
  • Transarteri Kemoterapi Int..
  • Combined Immunoterapi Untu..
  • Brachyterapi..
  • Photodynamic Terapi (PDT)..
  • Microwave Hiperthermia..
Dokter Lainnya
  • RS Khusus Kanker Nasional
  • Bersertifikasi Internasional JCI
  • Pusat Cryoablasi Kanker Asia- Pasifik
  • Pusat Medis, Institut Biomedis dan Kesehatan Guangzhou, Akademik Ilmu Pengetahuan di Tiongkok